www.SportCorner.id - Bagi setiap atlet, event Olimpiade selalu terasa spesial karena gengsi dan ekspektasi yang mengikutinya namun untuk Carolina Marin semua terasa lebih gila.
Dalam empat edisi Olimpiade yang pernah ia ikuti, bintang bulutangkis asal Spanyol yang berkompetisi di nomor tunggal putri itu selalu saja mendapat skenario-skenario ekstrem.
Debut Marin di Olimpiade terjadi di London 2012 ketika ia tergabung dalam Grup L fase grup women's singles yang sialnya juga berisi Li Xuerui.
Li merupakan unggulan ketiga dan atlet asal China tersebut juga kemudian keluar sebagai peraih emas.
Marin tumang 2-0 melawan Li sehingga kemenangan atas kontingen Peru, Claudia Rivero, menjadi tidak berarti karena tidak cukup membawanya lolos ke 16 besar.
Baca juga: Noah Lyles, Peraih Emas Olimpiade 2024 yang 'Dibenci' Negara Sendiri
Lompatan hasil yang luar biasa kemudian Marin rasakan di Olimpiade Rio 2016 dimana ia sudah lebih matang.
Di fase grup wanita kelahiran Andalusia, Spanyol, itu tidak terkalahkan sebelum melibas Sung Ji-hyun di perempat final untuk melaju menuju empat besar.
Carolina Marin kemudian merasakan balas dendam manis di semifinal karena menyingkirkan Li Xuerui 21-14 dan 21-16 yang akhirnya harus pulang dari Brasil tanpa medali sama sekali.
Pada partai final, Marin menghadapi rising star bulutangkis India yakni P.V. Sindhu dan via rubber game dimana ia tumbang di set pertama Marin kemudian menjadi juara dan mendapat emas pasca menang 19-21, 21-12, dan 21-15.